Tulungagung-OPSI
Keberadaan para penambang pasir liar dengan mekanik di sepanjang sungai Brantas telah meresahkan banyak pihak, terutama bagi warga yang tinggal di sepanjang DAS. Merasa jengkel dengan keberadaan mereka yang tidak bisa ditolerir, wargapun turun tangan sendiri karena merasa sudah tidak percaya lagi dengan Birokrasi baik itu Aparat Desa, Aparat Penegak Hukum maupun Dinas terkait. Sebenarnya, mereka (penambang warga Jeli) sudah diperingatkan baik-baik, kalau menyedot pasir silahkan di daerah sendiri yaitu sebelah barat, jangan sampai masuk ke sebelah timur. Namun himbauan warga nampaknya tidak di gubris. Hal ini menurut warga sudah berlangsung kurang le bih sekitar 4 tahunan.
Merasa tidak adanya perlindungan dari aparat wargapun tak tinggal diam. Habis kesabaran warga dan tak mau tanahnya ambrol dan makin habis, puluhan wargapun turun ke sungai. Mereka memba wa alat seadanya seperti sabit. Warga berencana kalau para penambang tidak mau menghentikan, mereka akan menenggelam kan alat penyedotnya. Sesampainya di sungai, warga yang terhalang dengan aliran sungai hanya bisa berteriak agar para penambang menghentikan aktifitasnya.
Namun himbauan warga disambut lemparan batu para penambang. Bahkan bos penambang yang bernama Suprap, sempat menantang para warga untuk melawan preman yang membekinginya yang bernama Mahmud cs. Akhirnya saling lempar batupun tak bisa dihindari. Bahkan beberapa warga nekat berenang menye berang sungai yang berarus deras untuk menenggelamkan mesin penyedot. Karena takut, para penambangpun meninggalkan area penambangan. Menurut warga yang tidak mau namanya disebutkan, kejadian tersebut sebenarnya bisa di hindari seandai nya pemerintah mau aktif dan mendengar keluhan warga. Beberapa kali warga sudah berusaha untuk melaporkan ke Pemda dan ke Kepala Desa, namun tidak ada tanggap an. “Ya akhirnya seperti ini mas, kami ter paksa turun tangan sendiri karena mereka para aparat pemerintahan tidak mau peduli, jadi jangan salahkan kami kalau terjadi apa-apa”, ungkapnya. Yang lebih memprihatin kan lagi adalah sebelum melakukan aksi ini, warga sempat lapor ke Kades Banjarsari dan memintanya untuk hadir ke lokasi, na mun Kepala Desa enggan datang membantu warganya menyelesaikan masalah tanpa ada alasan yang jelas. Beberapa hari sete lah kejadian tersebut, warga masih melihat ada beberapa oknum Kepolisian yang datang menghampiri penambang dengan maksud tertentu. Bahkan setelah kejadian bentrokan tersebut, beberapa tokoh masya rakat setempat menghadap Purnomo, Ka des Banjarsari. Namun bukan penyelesaian masalah yang diterima melainkan sikap acuh tak acuh dari Kades yang didapat. Ter paksa beberapa tokoh masyarakat tersebut pulang dengan tangan hampa.uTim
Keberadaan para penambang pasir liar dengan mekanik di sepanjang sungai Brantas telah meresahkan banyak pihak, terutama bagi warga yang tinggal di sepanjang DAS. Merasa jengkel dengan keberadaan mereka yang tidak bisa ditolerir, wargapun turun tangan sendiri karena merasa sudah tidak percaya lagi dengan Birokrasi baik itu Aparat Desa, Aparat Penegak Hukum maupun Dinas terkait. Sebenarnya, mereka (penambang warga Jeli) sudah diperingatkan baik-baik, kalau menyedot pasir silahkan di daerah sendiri yaitu sebelah barat, jangan sampai masuk ke sebelah timur. Namun himbauan warga nampaknya tidak di gubris. Hal ini menurut warga sudah berlangsung kurang le bih sekitar 4 tahunan.
Merasa tidak adanya perlindungan dari aparat wargapun tak tinggal diam. Habis kesabaran warga dan tak mau tanahnya ambrol dan makin habis, puluhan wargapun turun ke sungai. Mereka memba wa alat seadanya seperti sabit. Warga berencana kalau para penambang tidak mau menghentikan, mereka akan menenggelam kan alat penyedotnya. Sesampainya di sungai, warga yang terhalang dengan aliran sungai hanya bisa berteriak agar para penambang menghentikan aktifitasnya.
Namun himbauan warga disambut lemparan batu para penambang. Bahkan bos penambang yang bernama Suprap, sempat menantang para warga untuk melawan preman yang membekinginya yang bernama Mahmud cs. Akhirnya saling lempar batupun tak bisa dihindari. Bahkan beberapa warga nekat berenang menye berang sungai yang berarus deras untuk menenggelamkan mesin penyedot. Karena takut, para penambangpun meninggalkan area penambangan. Menurut warga yang tidak mau namanya disebutkan, kejadian tersebut sebenarnya bisa di hindari seandai nya pemerintah mau aktif dan mendengar keluhan warga. Beberapa kali warga sudah berusaha untuk melaporkan ke Pemda dan ke Kepala Desa, namun tidak ada tanggap an. “Ya akhirnya seperti ini mas, kami ter paksa turun tangan sendiri karena mereka para aparat pemerintahan tidak mau peduli, jadi jangan salahkan kami kalau terjadi apa-apa”, ungkapnya. Yang lebih memprihatin kan lagi adalah sebelum melakukan aksi ini, warga sempat lapor ke Kades Banjarsari dan memintanya untuk hadir ke lokasi, na mun Kepala Desa enggan datang membantu warganya menyelesaikan masalah tanpa ada alasan yang jelas. Beberapa hari sete lah kejadian tersebut, warga masih melihat ada beberapa oknum Kepolisian yang datang menghampiri penambang dengan maksud tertentu. Bahkan setelah kejadian bentrokan tersebut, beberapa tokoh masya rakat setempat menghadap Purnomo, Ka des Banjarsari. Namun bukan penyelesaian masalah yang diterima melainkan sikap acuh tak acuh dari Kades yang didapat. Ter paksa beberapa tokoh masyarakat tersebut pulang dengan tangan hampa.uTim

0 komentar:
Posting Komentar