Sabtu, 16 Juli 2011

Jhon Robberts Andreas Terjebak Ataukah Dijebak Politik Hukum?

Banyuwangi-OPSI

Jhon Robberts Andreas
Jhon Robberts Andreas, lelaki paruh baya keturunan Belanda asal kota Surabaya ini belakang namanya begitu tenar di Banyu wangi, “pak Jhon” begitulah para kolega biasa memanggilnya telah benar-benar “ berhasil “ mewarnai jalannya roda Supremasi Hukum yang ada di Banyuwangi, kasus sengketa tananhya melawan salah satu Lembaga mi lik Pemerintah telah menyeretnya ke dalam pengap dan dinginnya sel tahanan Lembaga Pemasyarakatan Banyuwangi.


Tragis memang, tapi apa hendak dikata walaupun telah berbekal berbagai dokumen berkas surat-surat tanah sebagai bukti kepe milikan yang telah disahkan oleh Penga dilan Tinggi hingga Mahkamah Agung tetap saja pak Jhon kalah (Baca : dikalahkan) dan terjebak (baca : Dijebak) dalam sebuah kon flik politik hukum yang bermain didalam ti rani arogansi kekuasaan  yang mengatasna makan kebenaran dan penegakan suprema si hukum.


Sebenarnya kasus pak Jhon ini telah banyak menarik perhatian baik dari kalang an Birokrasi Legeslatif, Eksekutife maupun Yudikatif bahkan warga masyarakat dari kalangan biasapun juga ikut- ikutan menja dikan kasus Jhon Robberts sebagai bahan perbincangan dalam menemaninya ber santai bersama sambil ngopi diwarung-wa rung pinggir jalan.

Liku-liku proses peradilan yang dialami pak Jhon rupa-rupanya begitu menarik un tuk mereka perbincangkan sehingga membuat para kaum jelata itu terbuai dan bias sedikit lupa dengan kondisi mereka sendiri yang sebenarnya juga sedang di in car untuk dijadikan mangsa oleh sistem arogansi kekuasaan lembaga hukum Ka bupaten Banyuwangi yang tengah dijalan kan oleh para Oknum penguasa berhati serigala namu bermuka domba seperti yang tengah dialami oleh pak Jhon saat ini.

Dan nasib kurang beruntung yang di alami pak Jhon, yang telah terkurung serta terkekang hak kemerdekaan pribadinya demi memperjuangkan apa yang secara hukum semestinya sudah harus menjadi haknya sehingga membuat keluarganya menderita itu bukannya tanpa dukungan, tak sedikit kelompok Ormas yang bersim pati dan berempati kepada pak Jhon mem buat gerakan-gerakan menyuarakan du kungan dan meneriakkan protes kepada pi hak-pihak terkait baik lembaga maupun instansi pemerintah untuk menuntut dan memperjuangkan keadilan bagi pak jhon.

Namun tetap saja suara mereka tak ter dengar (baca : didengar) karena terhalang dan terbentur tebalnya tembok kekuasaan yang tengah berkolaborasi dengan sesa manya membuat pesta dan berdansa diatas penderitaan pak Jhon sekeluarga tanpa hati nurani manusiawi yang terkungkung mengikuti nafsu naluri hewani, berkali-kali sudah proses persidanagan pak Jhon dige lar, berkali-kali pula saksi-saksi dari berba gai kalangan dihadirkan tapi tetap saja sampai saat ini tak terputuskan.

Dan lama serta berlarut-larutnya proses hukum yang harus dilalui pak Jhon tak pelak berimbas, perjuangannya menuntut kea dilan ditengah-tengah kasus yang telah membelitnya membuat keluarganyapun harus berkorban apa saja, sudah tak terhi tung biaya yang harus mereka keluarkan, sudah tak tgerhitung pula banyaknya de raian air mata yang tertumpah namun tak sedikit pula dukungan dari orang-orang yang rela mengorbankan apa saja demi men dapatkan keadilan dalam dan meraih keme nangan buat pak Jhon walaupun sebenar nya mereka bukan siapa-siapanya.

Sedangkan kita mungkin hanya bisa melihat  dan mendengar kemudian menilai dari kasus pak Jhon ini, mau dibawa kearah mana rasa keadilan yang diperjuangkan pak Jhon itu oleh penguasa-penguasa kita masih bisa kah kita mengharap keadilan yang seadil-adilnya ? walaupun kita semua tahu kalau yang maha adil itu hanyalah Tuhan semata, masih bisakah kita melihat hukm ditegakkan dan pak Jhon bisa memperoleh keadilan untuk mendapatkan haknya seperti yang diharapkan ? ataukah mungkin Tuhan yang maha adil yang akan memberikan rasa “ adil “ itu bagi semua penguasa kita ??? ki ta tunggu dan lihat saja nanti apa yang akan terjaadi selanjutnya pada ujung proses hu kum Jhon Robberts Andreas.uTim

0 komentar:

Posting Komentar